Jumat, 01 April 2011

Orangtua Perokok Jangan Tidur Sekamar dengan Bayi



Catalonia, Merokok saat bayi tidak ada di ruangan bukan berarti membebaskan bayi Anda dari bahaya asap rokok dan nikotin. Studi menunjukkan bahwa bayi yang tidur sekamar dengan orangtua terutama ayah perokok memiliki kandungan nikotin 3 kali lebih tinggi.

Studi yang dilakukan BIBE (Brief Intervention in Babies Effectiveness) dan dipublikasikan BMC Public Health menunjukkan bahwa bayi yang tidur sekamar dengan orangtua perokok menunjukkan kadar nikotin 3 kali lebih tinggi ketimbang bayi yang tidur di ruang terpisah.

Bahaya tidak hanya mengintai perokok aktif atau perokok pasif (second-hand smoke) yang langsung terpapar asap rokok, tapi juga pada perokok pasif yang tidak merasakan asap rokok secara langsung atau disebut third-hand smoke, misalnya seperti bayi atau anak-anak.

Third-hand smoke dapat merasakan bahaya nikotin dari partikel yang menempel pada pakaian, kulit atau perabot rumah, yang masih bisa menyisakan nikotin dengan tingkat tinggi. Inilah sebabnya mengapa orangtua perokok sebaiknya tidak tidur sekamar dengan bayinya.

Hal ini merupakan hasil kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Catalonia, yang juga menunjukkan bahwa ventilasi kamar tidur tidak efektif dalam mengurangi tingkat racun pada perokok pasif (second-hand smoke) dan third-hand smoke.

"Perokok pasif adalah penyebab utama kematian anak di negara maju", jelas Guadalupe Ortega, penulis utama studi, seperti dilansir Topnews, Kamis (31/3/2011).

Ortega menjelaskan bahwa studi ini dilakukan untuk menyoroti paparan asap rokok pada kelompok usia yang sangat rentan di ruang-ruang privat.

Studi ini melibatkan partisipan dari 96 dari pusat kesehatan primer di Catalonia.

Para peneliti mewawancarai orang tua dari 1.123 bayi (di bawah usia 18 bulan) yang memiliki setidaknya satu orangtua perokok.

Peneliti juga menganalisis sampel rambut dari 252 bayi untuk menentukan kadar nikotin dan melakukan tindak lanjut kunjungan tiga dan enam bulan kemudian.

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Mengecek Kemampuan Bicara Anak Sesuai Usia



Jakarta, Orangtua terkadang bingung karena pada usia tertentu anaknya belum bisa berbicara. Hal ini membuat orangtua bertanya apakah kondisi tersebut masih terbilang normal atau justru menandakan adanya gangguan.

Ike R Sugianto, Psi, seorang psikolog anak menuturkan untuk mengetahui apakah anak mengalami gangguan bicara atau tidak perlu diperhatikan tahapan dari perkembangan bicara anak. Berikut ini tahapan perkembangan bicara dan bahasa yang dialami anak yaitu:

Usia 0-6 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Cooing (suara yang tidak beraturan)
  2. Menoleh ke sumber bunyi atau berhenti menangis kalau mendengar suara
  3. Adanya kontak mata untuk mengikuti gerakan benda

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Berbicara pada bayi dengan penuh atensi
  2. Menggunakan intonasi yang menarik
  3. Berkomunikasi misalnya bermain cilukba atau bernyanyi saat melakukan aktivitas bersama seperti pada waktu makan, mandi atau ganti popok.

Usia 6-12 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Babbling atau pengulangan suku kata yang sama seperti mamama atau bababa
  2. Meningkatnya pemahaman atas kegiatan sehari-hari
  3. Ada echolalia (membeo) mulai dari 3-5 kata

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Memberikan respons pada ocehan yang dikeluarkan si kecil
  2. Menggunakan kalimat pendek dengan tempo lambat dan 1 bahasa

Usia 12 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Mengenali nama sendiri
  2. Memahami instruksi sederhana seperti kiss bye atau dagh-dagh
  3. Kata pertama sebanyak 5-6 kata

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Memberikan tanda pada setiap tindakan

Usia 18 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Memahami 10-20 kata termasuk nama-nama orang
  2. Menyebutkan nama obyek dari foto atau gambar
  3. Mulai menggunakan kalimat yang terdiri dari 2 kata
  4. Mulai mengungkapkan keinginannya seperti 'minta' atau 'permen'
  5. Mampu bertanya dengan kalimat sederhana seperti 'mana bola?'
  6. Menggunakan bahasa non-verbal seperti menunjuk, bersenandung atau bernyanyi

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Memberikan lagu sederhana atau kata yang berulang-ulang
  2. Menjelaskan apa yang sedang ditonton si kecil
  3. Memberikan pujian

Usia 24 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Memahami pertanyaan dan perintah sederhana
  2. Memahami instruksi yang lebih luas
  3. Lebih banyak menggunakan penggabungan dua kata dan menggunakan kalimat yang lebih panjang (3 kata)
  4. Anak menunjuk dirinya sendiri dengan nama
  5. Mulai menggunakan kata negatif seperti 'tidak pergi' atau 'jangan'
  6. Memahami minimal 50 kata
  7. Bertahan mengikuti aktivitas selama 6-7 menit

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Memperluas penggunaan kata baru
  2. Memperjelas arti suatu kata dengan menggunakan bahasa tubuh dan intonasi
  3. Menggunakan percakapan sederhana
  4. Merangsang anak dengan pertanyaan sederhana lalu tunggu respons dari anak selama 10 detik
  5. Membaca buku dengan kalimat yang berulang-ulang dan sederhana
  6. Memberikan permainan dengan istruksi seperti 'Pegang hidung' atau anggota tubuh lainnya

Usia 30 bulan
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Memahami 400-800 kosa kata
  2. Mampu menyebutkan nama depan
  3. Bisa menggabungkan antara kata kerja dan kata benda
  4. Mampu menyebut 7 anggota tubuh
  5. Mulai bisa membedakan barang berdasarkan bagian atau fungsinya seperti 'mana yang punya roda' atau 'yang mana yang bisa dipakai untuk makan'
  6. Bisa memahami konsep besar dan kecil

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Membaca cerita dan menjawab pertanyaan sederhana

Usia 3 tahun
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Paling sedikit mampu menyebutkan 1 warna
  2. Sering berbicara waktu bermain atau saat sedang sendiri
  3. Bisa menceritakan sebuah cerita sederhana
  4. Bisa menggunakan 3-4 kalimat
  5. Memahami kalimat seperti 'Coba tunjuk yang mana bintang'
  6. Memahami 900-1.500 kosa kata
  7. Menggunakan kata tanya seperti mengapa dan apa

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Mulai menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-4 kata
  2. Membicarakan kegiatan sehari-hari
  3. Bermain dengan teman sebayanya

Usia 4 tahun
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Mamahami 1.500-2.000 kosa kata
  2. Memahami kata jika, karena atau siapa
  3. Menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat
  4. Mulai menggunakan struktur bahasa yang rapi
  5. Memberikan artikulasi yang lebih jelas
  6. Mampu mengikuti perintah 2-3 langkah

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Mengunjungi kebun binatang atau sebuah pertunjukkan
  2. Berbicara dengan kalimat atau membacakan cerita yang lebih panjang

Usia 5 Tahun
Perkembangan bicara dan bahasa:
  1. Memahami 2.500-2.800 kosa kata
  2. Mendefinisikan obyek berdasarkan fungsinya
  3. Terkadang masih bingung antara kemarin, dulu atau besok
  4. Mampu bertukar informasi, bisa menjawab telepon dan menghubungkan cerita
  5. Menggunakan 5-6 kata dalam satu kalimat

Stimulasi yang bisa diberikan:
  1. Mendengarkan apa yang diucapkan anak
  2. Memberi kesempatan bagi anak untuk mengutarakan perasaannya

Jika anak belum mencapai tahapan tersebut ada kemungkinan anak mengalami gangguan bicara. Namun ada beberapa faktor yang terkait dengan gangguan perkembangan bicara dan bahasa pada anak seperti:


  1. Gangguan pendengaran
  2. Gangguan pemrosesan sensorik
  3. Kelainan organ bicara
  4. Bingung bahasa (bilingual)
  5. Selective autism
  6. Perkembangan otak yang kurang optimal
  7. Indikasi adanya gangguan yang lebih serius seperti keterbelakangan mental atau gangguan spektrum autis.

Untuk mengetahui apakah ada gangguan tersebut atau tidak, orangtua bisa melakukan beberapa pemeriksaan seperti ke dokter THT dan pemeriksaan tumbuh kembang dengan ahli terapis wicara, psikolog, psikiater, dokter anak.

"Jika memang diketahui adanya gangguan, maka pemilihan terapi yang diberikan sangat tergantung dengan faktor terkait tersebut dan juga kondisi anak," ujar Ike yang juga pendiri Potentia Center dalam rilis seminar Identifikasi Gangguan Perkembangan yang diterima detikHealth, Jumat (1/4/2011).

Meski demikian ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua dan guru yaitu:


  1. Memperbanyak waktu untuk bermain bersama
  2. Mengikuti minat dan masuk ke dalam dunia anak, baru secara perlahan mengarahkan anak
  3. Menggunakan 1 bahasa terlebih dahulu sehingga anak tidak bingung
  4. Menggunakan tempo bicara yang sedang
  5. Menggunakan kalimat pendek seperti 1-2 kata
  6. Memperbanyak ekspresi yang seru seperti 'Wow ! Oh-oo'
  7. Meminta respons timbal balik dari anak mulai dari hal yang bisa dilakukannya seperti tos, cium atau mengangguk
  8. Memberikan jeda 5 detik antar kalimat pengulang
  9. Menggunakan alat bantu visual

Vera Farah Bararah - detikHealth

Perut Kenyang Tapi Tak Bikin Gendut



Jakarta, Untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan tidak melulu harus membiarkan perut dalam keadaan lapar. Ada beberapa nutrisi yang membuat Anda tetap kenyang tetapi tidak menaikkan berat badan.

Beberapa nutrisi dapat membuat perut Anda tetap kenyang tapi tidak menambah berat badan karena memiliki lemak yang rendah atau tidak ada sama sekali.

Berikut beberapa makanan yang bisa menurunkan berat badan tanpa harus kelaparan, seperti dilansir Lifemojo, Kamis (31/3/2011), yaitu:

1. Apel
Setiap kali merasa lapar, apel bisa menjadi pilihan snack yang sehat ketimbang pizza atau ayam goreng. Rasa kenyang dari apel berasal dari kandungan air yang tinggi dan serat. Serat pektin larut yang ada di kulit apel bertindak sebagai penekan nafsu makan alami.

2. Gandum utuh
Makanan yang terbuat dari gandum, beras merah dan tepung gandum adalah karbohidrat kompleks yang mengolah gula dengan lambat. Fenomena ini menjaga kadar gula dalam darah tubuh sehingga tak cepat merasa lapar. Kandungan serat yang tinggi dan kehadiran vitamin B kompleks juga berkontribusi untuk mengontrol metabolisme.

3. Lemak ikan
Ikan yang termasuk kategori ini adalah tuna, salmon, makarel, sarden dan herring. Keberadaan asam lemak omega-3 dalam ikan dapat membantu menurunkan kolesterol dan meningkatkan metabolisme.

Asam lemak omega-3 bekerja dengan mengubah kadar hormon leptin yang memberikan pengaruh langsung pada metabolisme. Hormon ini menentukan apakah kalori akan dibakar atau disimpan sebagai lemak. Ikan juga merupakan sumber protein yang baik.

4. Buah jeruk
Buah jeruk merupakan komponen penting dalam menu diet karena adanya vitamin C, yang merupakan antioksidan kuat, serat dan sebagai agen pembersih. Vitamin C membantu dalam mempercepat pengolahan lemak, juga merupakan stimulator dari asam amino yang disebut carnitine yang bertanggung jawab untuk menaikkan kapasitas pembakaran lemak tubuh.

Buah jeruk hanya mengandung sekitar 50 hingga 75 kalori, kadar air yang tinggi membuat Anda merasa kenyang untuk jangka waktu yang lama.

5. Sayuran hijau
Sayuran hijau seperti brokoli, bayam dan asparagus harus dimasukkan dalam menu diet Anda, bukan hanya karena kadar serat dan sifat antioksidan, tetapi juga karena high thermic effect (energi yang dikeluarkan oleh badan untuk mengkonsumsi dan memproses makanan), serta rendah kalori.

Sayuran ini memiliki peluang sangat rendah untuk dapat dikonversi menjadi lemak karena semua kalorinya akan habis selama proses pencernaan. Vitamin dan mineral yang ada di sayuran hijau juga memberikan rasa kenyang.


Merry Wahyuningsih - detikHealth

Cara Mudah Mencegah Sembelit



Jakarta, Sembelit alias susah air besar adalah kondisi yang tidak menyenangkan dan berbagai cara dilakukan orang agar bisa terbebas dari masalah ini. Sebenarnya mencegah sembelit lebih mudah ketimbang mengobatinya.

Sembelit adalah perubahan pola buang air besar yang tidak biasa yang berbeda pada setiap orang. Sembelit bisa berarti seseorang susah untuk buang air besar atau buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.

Ada berbagai macam penyebab dari sembelit yaitu kurang asupan serat, kurang minum yang membuat pergerakan usus lebih lambat, kurangnya olahraga, mengonsumsi obat tertentu, perubahan gaya hidup, mengabaikan rasa ingin buang air besar dan beberapa penyakit tertentu seperti irritable bowel syndrome serta penyakit lain yang berhubungan dengan organ pencernaan.

Sebelum mengalami sembelit, ada baiknya Anda melakukan cara pencegahan yang cukup mudah dilakukan, seperti dikutip Harvard Medical School Family Health Guide, Kamis (31/3/2011):

1. Makan cukup serat
Diet seimbang dengan memperbanyak makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, biji-bijian, gandum utuh, buah dan sayur segar dapat mencegah terjadinya sembelit.

2. Menggunakan obat pencahar
Pencahar jenis bulk-forming agent (obat pencahar yang memperbesar volume tinja sehingga perut merasa penuh) seperti psyllium, methylcellulose dan pectin yang bisa diperoleh tanpa resep dokter juga bisa mencegah terjadinya sembelit.

3. Minum cukup air
Setidaknya cukupi kebutuhan air putih 8 gelas setiap hari.

4. Olahraga
Olahraga teratur bisa mencegah terjadinya sembelit sekaligus menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Olahraga bisa mendukung fungsi kesehatan pencernaan dan bisa bermanfaat untuk kesehatan seluruh tubuh. Berjalan setidaknya 20 sampai 30 menit tiap hari sudah bisa membantu sistem pencernaan Anda.

5. Melatih waktu buang air besar
Tetapkan waktu dan latihlah sistem pencernaan Anda untuk dapat buang air besar di jam-jam tertentu misalnya pagi hari atau setelah makan. Mulailah dengan duduk di toilet selama 10 menit dan tunggu renpons tubuh, tapi jangan memaksan atau ngeden untuk buang air besar.

6. Jangan tunda ke toilet bila ingin buang air besar
Usus adalah organ tubuh yang sensitif dan penting dalam memberikan sinyal-sinyal. Saat seseorang menahan untuk buang air besar, sinyal yang diberikan oleh usus makin lama akan makin lemah dan akhirnya seseorang akan tidak memahami sinyal yang diberikan oleh usus.

7. Jangan mengedan saat buang air besar
Mengedan atau ngeden dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lain seperti hemorrhoid atau ambeien dan masalah tekanan darah.


Merry Wahyuningsih - detikHealth

Biar Badan Tetap Hangat Saat Udara Dingin



Jakarta, Banyak orang yang tidak kuat menghadapi udara dingin terutama yang tinggal di daerah tropis. Udara dingin juga banyak menyebabkan penyakit seperti flu dan batuk. Membuat badan tetap hangat setidaknya bisa menjauhkan Anda dari penyakit.

Kedinginan bisa menurunkan kekebalan tubuh dan membuat orang mudah terserang penyakit seperti sakit kepala dan influenza yang membuat orang sulit berpikir, serta menyebabkan kaki dan tangan dingin yang akhirnya juga menyulitkan orang melakukan aktifitas.

Kehangatan penting untuk tubuh dan kesehatan. Cara-cara berikut bisa membuat Anda tetap merasa hangat meski udara dingin, seperti dilansir Ehow, Jumat (1/4/2011):

1. Menggunakan pakaian hangat
Menggunakan pakaian hangat adalah cara yang paling sederhana untuk menghangatkan badan. Menutupi seluruh bagian tubuh yang merasa dingin mulai dari kepala hingga ujung kaki dapat membantu membuat Anda merasa hangat. Bagian tubuh yang paling mudah merasakan dingin adalah ujung kaki dan tangan, jadi jangan lewatkan kaos kaki dan kaos tangan saat udara dingin.

2. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi di seluruh tubuh, terutama di ujung tangan dan kaki yang paling sering merasakan dingin. Olahraga ringan seperti aerobik, berjalan, jogging atau bersepeda dapat membantu menghangatkan tubuh. Melakukan olahraga saat udara dingin juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga menjauhkan Anda dari penyakit.

Tak hanya melakukan olahraga, menggerak-gerakkan tangan dan kaki juga dapat membantu melancarkan sirkulasi sehingga memberi kehangatan.

3. Menggosok-gosokkan tangan dan kaki
Menggosokkan tangan dan kaki dapat juga memberikan kehangatan. Hal ini berasal dari gaya gesek yang terjadi ketika Anda menggosok-gosokkan tangan dan kaki. Gaya gesek tersebut dapat menghasilkan panas.

4. Makan makanan tertentu
Merica, cabai dan jahe merupakan bumbu masakan yang cocok ditambahkan ke dalam makanan di saat udara sedang dingin. Makanan yang mengandung bumbu-bumbu tersebut juga dipercaya ampuh untuk meradakan flu.

Kayu manis juga membantu meningkatkan sirkulasi darah sehingga membuat tubuh menjadi hangat. Tak hanya itu, minuman hangat seperti teh dan kopi hangat juga membantu menghangatkan badan saat udara dingin.


Merry Wahyuningsih - detikHealth

Payudara Besar Belum Tentu Berisi ASI Banyak



Jakarta, Banyak yang percaya bahwa wanita yang memiliki payudara besar akan mudah memproduksi air susu ibu (ASI) saat melahirkan dan memiliki bayi nantinya. Benarkah demikian?

Ukuran payudara biasanya akan meningkat selama kehamilan terutama selama trimester ketiga saat alveoli (sel yang memproduksi ASI) dan milk duct (saluran yang membawa ASI ke puting) tumbuh dan berkembang secara signifikan.

Tetapi ukuran payudara tidak mempengaruhi berapa banyak ASI yang bisa dihasilkan, karena ukuran payudara lebih tergantung pada jumlah pendukung dan lemak jaringan fibrosa dari jumlah kelenjar susu.

Wanita dengan payudara besar tidak selalu menghasilkan ASI lebih banyak, karena ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan kemampuan memproduksi ASI dan menyusui, seperti dilansir DiscoveryHealth, Jumat (1/4/2011).

Produksi ASI dirangsang oleh hormon dan stimulasi payudara atau frekuensi menyusui. Semakin meningkat frekuensi menyusui maka suplai ASI pun akan meningkat, meskipun banyak faktor yang mempengaruhi produksi ASI seperti kelelahan, stres dan depresi. Tapi ukuran payudara bukanlah salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah ASI.

Payudara besar memang memiliki kapasitas penyimpanan ASI yang lebih besar, yang berarti bahwa bayi akan bisa minum lebih banyak ASI pada satu waktu. Tetapi ini tidak berarti bahwa payudara besar menghasilkan ASI yang banyak.

Yang sering terjadi adalah wanita dengan payudara besar akan mengalami beberapa masalah saat memberikan ASI. Kebanyakan ibu dengan payudara besar mungkin mengalami pendarahan atau mastitis (peradangan pada jaringan payudara).

Masalah ini biasanya terjadi karena ibu dengan payudara besar sulit menemukan posisi yang pas untuk menyusui, seperti dilansir about.com. Ibu dengan payudara besar harus meluangkan waktu sedikit untuk menemukan posisi sempurna untuk menyusui bayinya.

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menyusui, jangan menyerah untuk menyusui tanpa berbicara dengan konsultan laktasi atau dokter anak Anda.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan suplai ASI dan kesulitan menyusui dapat dialami oleh banyak wanita tanpa memandang ukuran payudaranya.


Merry Wahyuningsih - detikHealth

Migrain Pada Anak Bisa Karena Ada Lubang di Jantung



Utah, Orangtua sebaiknya waspada bila anaknya sering mengalami migrain atau sakit kepala sebelah. Anak-anak yang sering mengalami migrain disertai dengan gangguan penglihatan kemungkinan telah mengalami kecacatan pada jantung.

Hal ini berdasarkan hasil penelitian dari University of Utah. Peneliti mengatakan bahwa anak-anak yang mengalami migrain disertai dengan gangguan visual kemungkinan telah memiliki lubang di jantungnya.

Dalam penelitian ini, dokter AS memeriksa 109 anak berusia di atas 6 tahun yang menderita migrain. Sekitar setengah dari mereka mengalami jenis migrain yang disertai dengan gangguan visual, yang disebut dengan aura cacat jantung (aura had the heart defect), menurut laporan Journal of Pediatrics, seperti dilansir BBC News, Jumat (1/4/2011).

Sejumlah penelitian medis juga telah menemukan bahwa lubang pada jantung yang terjadi saat dewasa atau yang dikenal secara teknis sebagai patent foramen ovale (PFO), berhubungan dengan migrain aura.

Gejala umum migrain aura antara lain gangguan visual saat melihat lampu berkedip atau berkedip, mati rasa, sensasi kesemutan dan berbicara cadel.

Dr Rachel McCandless dan rekan dari University of Utah menggunakan teknik pemindaian yang dikenal sebagai echocardiogram untuk mencari cacat jantung.

"Penelitian kami akan membantu memandu penelitian mendatang tentang masalah yang sulit ini," jelas Dr Rachel McCandless.

Temuan ini dapat memberi pilihan pada dokter untuk mengobati migrain dengan operasi untuk menutup lubang di jantung, ketika terapi migrain lainnya telah gagal.

"Mungkin ada sejumlah penjelasan untuk hubungan ini sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Setelah kita memahami hubungan secara lebih rinci, kita bisa memberi sinyal peningkatan dalam perawatan pasien," jelas Amy Thompson, perawat jantung senior di British Heart Foundation.


Merry Wahyuningsih - detikHealth